4. The case companyThe case company

4. The case company
The case company, FoodCorp (name disguised), is a company in the agri-food industry with four individual business groups. At the time of the case study, it had an annual turnover of  €5 billion and  15,000 employees. Its primary customers are retailers, and FoodCorp has production and sales worldwide. FoodCorp is organized as a cooperative and is primarily owned by Scandinavian farmers (called cooperative members). The cooperative members are not only owners of FoodCorp – they are also its suppliers. In fact, the owners are obliged to supply the bulk of their production to FoodCorp. The agri-food industry is characterized by a wave of consolidations, and cooperatives are actively taking part in this process (Van der Krogt et al., 2007). FoodCorp is also active in this consolidation process and the company itself is a result of several mergers.

In a cooperative, any net income for the year is either distributed to the farmers in proportion to the amount (or value) of the goods they supplied to the cooperative or it is transferred to equity (Cobia, 1989)[2]. The distributions from the cooperative are of utmost importance to the farmers, as such distributions often constitute their main or only source of income. Farmers subjectively compare their cooperatives with alternative trading partners and their own farming operations with those of other farms (Österberg and Nilsson, 2009). If they are dissatisfied, cooperative members can switch to a better-performing competitor to gain access to higher income.

Results (Indonesian) 1:

4. perusahaan kasusKasus perusahaan, FoodCorp (nama menyamar), adalah sebuah perusahaan dalam industri agri-makanan dengan empat kelompok bisnis individu. Pada saat studi kasus, itu penjualan tahunan sebesar €5 miliar dan 15.000 karyawan. Pelanggannya utama pengecer, dan FoodCorp memiliki produksi dan penjualan di seluruh dunia. FoodCorp diatur sebagai Koperasi dan terutama dimiliki oleh petani Skandinavia (disebut anggota koperasi). Anggota koperasi tidak hanya pemilik FoodCorp-mereka juga para pemasoknya. Bahkan, pemilik diwajibkan untuk memasok sebagian besar produksi mereka ke FoodCorp. Industri agri-makanan dicirikan oleh gelombang konsolidasi, dan koperasi secara aktif mengambil bagian dalam proses ini (Van der Krogt et al., 2007). FoodCorp juga aktif dalam proses konsolidasi ini dan perusahaan itu sendiri adalah hasil dari penggabungan beberapa.Dalam koperasi, pendapatan bersih untuk tahun baik didistribusikan kepada petani sesuai jumlah (atau nilai) barang mereka disediakan untuk koperasi atau itu ditransfer ke ekuitas (Cobia, 1989) [2]. Distribusi dari koperasi sangat penting untuk para petani, seperti distribusi sering merupakan sumber pendapatan mereka utama atau hanya. Petani subjektif Bandingkan koperasi dengan mitra dagang alternatif dan operasi pertanian mereka sendiri dengan orang-orang lain peternakan (Österberg dan Nilsson, 2009). Jika mereka tidak puas, anggota koperasi dapat beralih ke pesaing berperforma lebih baik untuk mendapatkan akses ke pendapatan yang lebih tinggi.

Results (Indonesian) 2:

4. Kasus Perusahaan
Perusahaan kasus, FoodCorp (nama disamarkan), adalah sebuah perusahaan dalam industri pertanian pangan dengan empat kelompok bisnis individu. Pada saat studi kasus, itu omset tahunan? 5000000000 € dan? 15.000 karyawan. Pelanggan utama pengecer, dan FoodCorp memiliki produksi dan penjualan di seluruh dunia. FoodCorp diatur sebagai koperasi dan terutama dimiliki oleh petani Skandinavia (disebut anggota koperasi). Anggota koperasi tidak hanya pemilik FoodCorp - mereka juga pemasoknya. Bahkan, pemilik wajib untuk memasok sebagian besar produksi mereka ke FoodCorp. Industri pertanian pangan ditandai dengan gelombang konsolidasi, dan koperasi secara aktif mengambil bagian dalam proses ini (Van der Krogt et al., 2007). FoodCorp juga aktif dalam proses konsolidasi ini dan perusahaan itu sendiri merupakan hasil dari beberapa merger. Dalam koperasi, setiap laba bersih untuk tahun ini baik didistribusikan ke petani secara proporsional dengan jumlah (atau nilai) dari barang yang mereka dipasok ke koperasi atau ditransfer ke ekuitas (Cobia, 1989) [2]. Distribusi dari koperasi yang sangat penting untuk para petani, sebagai distribusi seperti itu sering merupakan sumber utama atau hanya pendapatan mereka. Petani subyektif membandingkan koperasi dengan mitra perdagangan alternatif dan operasi pertanian mereka sendiri dengan orang-orang dari peternakan lainnya (Osterberg dan Nilsson, 2009). Jika mereka tidak puas, anggota koperasi dapat beralih ke pesaing yang lebih baik-performing untuk mendapatkan akses ke pendapatan yang lebih tinggi.