Results (
Indonesian) 1:
[Copy]Copied!
1. PENDAHULUANSelama era "Order Baru" disebut Indonesia (1966 – 1998) mengalami perkembangan ekonomi dan tingkat pertumbuhan tahunan dari 6-8%. Rezim menurunkan tingkat kemiskinan melalui pembangunan ekonomi pedesaan berdasarkan industrialisasi dan modernisasi pertanian. Melalui prestasi ini, Indonesia bernama salah satu "Macan Asia," bersama dengan Malaysia dan Thailand. Namun, kinerja ekonomi pada tingkat makro menyembunyikan beberapa masalah, sejak strategi pembangunan yang diadopsi oleh negara menciptakan inefisiensi dan pasar distorsi. Indonesia menderita dari biaya ekonomi yang tinggi dan kesenjangan yang tumbuh di tingkat pendapatan. Selama era orde baru, proses pembangunan adalah memang eksklusif, dan dipengaruhi hanya daerah tertentu, seperti Jawa, dan hanya kelompok tertentu dalam masyarakat, yaitu, orang-orang yang dianggap penting oleh para pembuat kebijakan.Krisis keuangan Asia 1997-1998 melanda Indonesia sangat buruk. Memang itu adalah krisis ekonomi paling parah terjadi di Indonesia sejak kemerdekaan negara pada tahun 1945. Hal itu mengarah pada resesi ekonomi pada tahun 1998, dengan tingkat pertumbuhan –13%. Setelah Indonesia pemulihan dari resesi, negara telah mengalami transformasi mendalam. Ini telah memulai berdasarkan perubahan kelembagaan yang luas dan telah menjadi salah satu kawasan paling bersemangat demokrasi. Dalam istilah sosial dan ekonomi, Indonesia juga telah melihat banyak kemajuan. Berbagai reformasi telah dilaksanakan di semua bidang ekonomi, sosial, dan kebijakan politik, dan strategi pembangunan baru, pengembangan ekonomi "inklusif", dan pertumbuhan, telah diadopsi. Dalam perkembangan inklusif ini, pemerintah Indonesia telah mengadopsi strategi triple-dilacak, yaitu, "Pro pertumbuhan," "pro job," dan "pro masyarakat miskin." Strategi ini dianggap penting bagi Indonesia, mengingat bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi yang kuat setelah krisis tahun 1998, Indonesia masih menghadapi isu-isu serius kemiskinan (Tambunan 2012).Salah satu unsur penting pembangunan "inklusif" adalah inklusi keuangan, yang berarti luas akses ke jasa keuangan. Ini berarti adanya harga dan harga-bebas hambatan yang mungkin mencegah orang memperoleh jasa keuangan. Saat ini, lembaga-lembaga lain membayar perhatian ke masalah inklusi keuangan. Pada KTT G20 Toronto diadakan pada bulan Juni 2010, pemimpin global berjanji untuk mendukung inklusi keuangan untuk memberdayakan sekitar sepertiga dari populasi dunia yang masih hidup dalam kemiskinan. Inklusi keuangan juga telah terintegrasi ke dalam 2015 Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ekonomi masyarakat cetak biru.Di Indonesia, inklusi keuangan terkait dengan pengentasan kemiskinan dan stabilitas keuangan. Pemerintah Indonesia sangat percaya bahwa meningkatkan akses terhadap keuangan dan meningkatkan penggunaan layanan keuangan akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Satu tentu saja beton tindakan yang diambil pada peluncuran strategi dari keuangan Inklusi Nasional, Desember 2010, oleh Bank Indonesia (BI), bank Indonesia. Sejak itu, pemerintah dan otoritas moneter, seperti BI dan Indonesia Financial Services Authority (OJK) memiliki banyak diskusi tingkat tinggi pada inklusi keuangan, yang telah berfokus pada bagaimana memberikan akses yang lebih baik ke layanan perbankan. Mereka mengakui bahwa masalah utama adalah informasi asimetris antara pasokan (Bank) dan permintaan (terutama bagi masyarakat miskin) informasi tentang inklusi keuangan (Hadad 2010).Makalah ini didasarkan pada studi yang berkelanjutan termasuk pembangunan ekonomi di Indonesia dengan fokus pada inklusi keuangan selama periode 2013 – 2015. Proyek ini telah dilakukan oleh penulis dan sebuah tim dari pusat untuk industri, UKM dan studi kompetisi Bisnis, Universitas Trisakti. Tujuan utamanya adalah untuk (i) penelitian ini signifikansi pergeseran dalam strategi pembangunan ekonomi nasional dari orientasi "exclusive" selama era orde baru (sebelum krisis keuangan Asia 1997-1998) ke arah orientasi "inklusif"; (ii) mengeksplorasi dampak pergeseran pada masyarakat miskin, termasuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM); dan (iii) memahami kendala utama yang saat ini dihadapi Indonesia dalam melaksanakan pembangunan inklusif, terutama keuangan inklusi.
Being translated, please wait..